Diantara Dandelion, Angin, dan Senja

Kali ini sebelum bulan menjemput, sebelum mentari beristirahat dengan tenang di peraduannya, lukisan senja diatas kanvas semesta yang digoreskan oleh kuas Tuhan tergantung rapi seperti biasanya. Hei, apakah kau juga melihat keindahan sama? Semoga saja begitu. Entah mengapa aku selalu menyukai senja dan segala apa yang ditawarkannya, mulai dari hempasan sayap yang dikibarkan oleh burung-burung, pancaran sinar surya diujung batas dengan semburat merah keunguan, dan yang paling aku suka adalah sayup-sayup desiran angin. Angin yang telah membawa dandelion pergi sebelum dapat ku lihat keindahannya, namun Ia tetap saja indah.
Hei kau, kali ini aku menitipkan salamku diantara benih-benih dandelion yang terbang tinggi, semoga saja angin mengantarnya dan membiarkannya berlabuh ditempat dimana kau berdiri saat ini. Apakah kau juga akan melakukan hal yang sama? Menitipkan salammu padaku lewat benih dandelion? Hehe tak ada alasan untuk melakukan hal itu.
Kau tak mengerti dan memang tak perlu kau mengerti. Kau tau? Saat ini aku berusaha menjadi dandelion. Bukan merekahnya yang membuat Ia indah, tapi manakala angin bertiup yang menerbangkan benih-benihnya. Bukan "rasa" ini yang indah, tapi manakala "rasa" ini bertiup pergi menuju entah kemana, dimana, dan dengan siapa Ia akan berlabuh dan menyatu.
Diantara dandelion, diantara angin, diantara senja, temukan doaku

0 komentar:

Posting Komentar

Christine Ayu
Lihat profil lengkapku
 

Agen Dandelion | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates