Hello!


 Selamat datang april
Hai Unas, udah nunggu ya?
 Di masa putih abu-abu, ini bulan terakhir
Tapi kenangannya tak akan kenal akhir
Kita lulus bareng-bareng ya? :)
Love you so bad guys ({})

Dream!

Saat kecil saya mengira dunia ini sangat luas
Tapi setelah saya tumbuh, ternyata dunia ini sempit
Waktu kecil saya punya setumpuk impian

Dulu saya pernah ingin jadi dokter, kerap kali saya membayangkan diri saya dengan anggunnya melewati lorong-lorong rumah sakit. Tapi kemudian hal itu pudar

Pernah ingin jadi astronot biar bisa pergi bulan, tapi gara kakak saya berkata "kalau keluar angkasa kebakar matahari bisa mati", saya takut setengah mati jadi saya buang jauh-jauh impian saya menjadi astronot itu

Pernah juga ingin jadi chef, memakai topi tinggi, baju putih, dan membawa piring berisi makanan-makanan kelas internasional. Tapi mau gimana lagi tiap kali masak selalu keasinan, ah jadi males jadi chef lagi

Apa lagi ya? Oh jadi reporter, ahaha saya masih ingat sama impian saya yang satu ini, saya ingin masuk tv saat itu, ingin ngeksis, ingin tampil cantik, ingin pinter ngomong, pokoknya ingin keren lah.

Selanjutnya saya ingin jadi penyanyi *ngga sadar suara pas2an*, malah dulu pas kecil main ala2 acara pencarian bakat nyanyi itu, tapi ya ehem semakin tumbuh semakin dasar kalau suara berada pada level ke-tengik-an yang luar biasa

Ingin jadi bidan juga pernah, ngebet banget sama pekerjaan satu ini, tapi suatu ketika ngimpi jadi bidan, ngebantu orang melahirkan, ihi serius itu jijik banget, banyak darah, dan.. ah sudahlah, ngeri mah pokoknya

Jadi penulis juga pernah dulu pas kecil, malah pas SD pernah jualan puisi, jadi bisa dikit-dikit punya penghasilan sendiri, pernah dulu ada cowok yang agak bencis pesen dibuatin puisi judulnya "Power Ranjes".
 Pas SMP pernah juara FLS2N cipta puisi juara 2 dengan judul "Balada Penuuntun Kuda Berpelana" entah kenapa bisa sampe dapet juara -_- faktor "b" alias - b e j o - mungkin

Pas SMA ingin buanggeett jadi guru ekonomi, pelajaran yang dulunya bikin alergi setengah mati. Alhamdulillah keturutan masuk IPS

Tapi pas kelas 12 lalu berubah haluan daftar jurusan Sastra Indonesia, iya saya lintas jurusan dari ips ke bahasa. Ada yang mau protes? Iya banyak yang bilang saya nyeleneh, namun yang perlu diketahui hal ini sudah saya pikrikan masak-masak, melalui berbagai pertimbangan antara lain:minat, kemampuan, prestasi, dan dukungan.

Lalu saya sekarang ingin jadi apa?
Singkat saja, jadi Guru (titik)

Nulis aja

Ketika saya mengetik ini saya masih tidak tahu apa yang akan saya tulis, di pikiran saya sama sekali tidak ada inspirasi apapun tapi saya masih saja mengetik dan terus mengetik.
Dan saya akan terus mengetik hingga tulisan ini berbentuk suatu paragraf yang isinya bisa ngalur-ngidul tidak jelas arah pembicaraannya.
Saya rela menulis sebanyak apapun jika menulis membuat saya lega.
Saya rela menulis sepanjang apapun jika menulis membuat pikiran saya terasa lebih enteng.
Saya rela menulis setebal apapun jika menulis dapat mengusir segala gusar yang tidak bisa saya terka.
Dan saya akan terus menulis hingga jemari-jemari saya menghendaki untuk berhenti

Sebelum senja menutup pintunya
Sebelum waktu meminta untuk beranjak
Ini bukan karena apa, tapi karena mengapa.

Melintasi Atmosfer (Eits, pake imajinasi ya)

Secara tiba-tiba saja kubuat kamarku menjadi lebih gelap dan semakin gelap. Kemudian lenyap.
Kupasang radar dan kuhantarkan signal. Yes! Berhasil. Gemuruh datang lalu ketukan pintu dihalau saja. Semua terasa bergerak,bergoyang, berputar, berputar, dan berputar. Hingga akhirnya… kubuka mata dan kulihat sebuah lampu bohlam terdiam di tanganku.
Ini pertanda, aku bukan lagi di dunia nyata, ini di dunia imajinasiku. Kulihat jam pukul 15.00, aku bergerak ke jendela kamar lalu kubukanya, dan yes! langit gelap, artinya disini sudah malam! Kembali ke ranjang, kupasang radar kedua. Bohlam menyala-nyala. Seetttt! Kubuka mata dan kini aku punya sayap walau tak seberapa besar. Aku siap berpetualang.
Aku terbang melesat menembus udara menuju langit atas.. Ada rasa takut, kulempar saja jauh-jauh.

10 km kulewati, berarti aku setara dengan Everest, gunung tertinggi dalam sejarah. Dunia dibawahku benar-benar menjadi lebih kerdil haha.  Semakin naik ke atas, suhu semakin turun. Setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat. Sadar, aku di Troposfer.  Yuhuuuu aku lambaikan tangan ke bawah lalu berteriak girang “Aku baru sampai di Troposfer, kalian jangan kangen aku ya!!!!” Berbalik dan melanjut.

Sampai pada 15 km aku masih belum lelah. Angin bertiup lumayan kencang. Aku duduk sejenak diatas awan Cirrus, melihat ke atas, ternyata perjalananku masih sangat jauh. Bergegas beranjak menuju stratopause, lembar yang memisahkan stratosfer yang sedang aku diami ini dengan lembar sesudahnya. Saat aku beranjak aku melihat sebuah benda terbang corak warna-warni, nah aku amati dari jauh. Gerakannya cenderung stabil. Balon cuaca! Yapss akhirnya aku ingat namanya!! Ah, tidak membuang waktu, lanjut terbaaaang.

Mesosfer, kini aku berada disini. Aku bertemu dengan penangkap meteor, dia duduk pada awan noctilucent. Dia bertubuh besar, berkulit gelap, kepala botak, dan berotot. Wowwh emejing! Jadi karena aku penasaran, aku hampiri dia lalu berkata “Hai ganteng, main yuk”. Haha kalian percaya aku berkata seperti itu? Yang benar saja! Tidak mungkin lah. Sejujurnya aku tidak mengucapkan apapun, ya mungkin aku takut, dia terlalu macho, terlalu lakik ! Dia menoleh ke arahku dengan sorot tajam, sekejap membalikkan badan dan membentangkan kedua tangannya. Happp!! Sebuat meteor terperangkap padanya dan blaaarrr, meteor itu hancur. Jelas aku tercengang. Sebuah kesimpulan baru, dia bukan penangkap meteor tapi penghancur meteor. Setelah puas bengong, aku tundukkan kepala lalu pergi ke jenjang berikutnya

Pada lembar keempat, lembar yang sangaaaaaat kusuka. Disini ada hijau, ungu, merah, jingga, biru, putih berbaur menjadi satu saling menumpuk dan menciptakan orkestra warna dengan gradasi yang memukau. Sempurna. Kuputarkan tubuhku lalu dengan sengaja aku menari dalam ketukan. Satu dua tiga. Lompat, berlari, berputar, bergerak… menari.. dengan tempo dinamis aku menari diiriingi suara gelombang radio, entah darimana asalnya, dari imajinasi?
Andai saja aku kemari membawa teman, pasti lebih menyenangkan. Ah tapi toh kadangkala kita butuh waktu sendiri kan, dimana hanya ada kita, dan… zona imajinasi kita.
Merasa puas. Aku meninggalkan aurora itu, melesat keatas pada batas yang sering orang-orang namai Ionosfer. Kalian tau apa artinya? Tinggal satu langkah lagi! Ya satu langkah lagi aku sampai.

10.000 km!!! Aku sampai disini. Eksosfer!
Rasi bintang, aku sampai padamu. 88 rasi bintang kujumpai dengan jarak sebatas lengan. Rasi Sang Pemburu, yang terangnya terlihat pada equator langit dan terlihat diseluruh jagad. Orion. Aku melompat pada bintang-bintang diantaranya, hingga aku merajut rasi diantara Sagittarius, Ophiuchus, Li bra, dan Lupus, terbentuk Scorpio.  Belum puas aku kembali menjelajah angkasa, itu adalah Gemini yang berarti “kembar”. Rasi ini adalah bagian dari langit musim dingin, berada antara Taurus  dan Cancer. Kulihat Cancer berukuran kecil dan redup, dan menurutku ini tidak menyerupai kepiting. Tapi sebuah nyamuk, ah sepertinya semua rasi disini berbentuk nyamuk. Kemudian aku berkeliling lagi, lalu aku bertemu dengan Sirius, bintang yang paling terang dintara yang paling terang. Lebih terang dari Canopus atau Vega. Aku bersinggah didekatnya, dia benar-benar terang, seharusnya aku membawa kacamata kuda warna hitam agar aku tidak memercingkan mata. Di sebelah kanan aku temukan Arcturus, bintang paling tua yang bertengger di langit, dia juga tidak kalah indah. Semuanya indah, semuanya nampak sempurna. Aku hirup udara dalam-dalam. Aku berada di Milky Way. Aku merasa benar-benar hidup disini, melihat secara langsung bagaimana alam ini memperlihatkan pesona kenampakan yang tak bisa dituliskan. Kali ini aku merasakan kebebasan yang benar-benar bebas. Haaaaaaaaaaaaa!! Teriak sekeras-kerasnya, menangis, tertawa, bergerak lepas tanpa takut seseorang tahu kebdohan kita!
Puas bercinta dengan bintang, sekarang menuju planet. Mars, planet yang ingin aku kunjungi pertama. Disana aku disambut oleh Phobos dan Deimos. Ciri-ciri mereka, berbadan tinggi, sedikit kurus, mereka sama-sama baik, dengan senang hati mempersilahkan aku memasuki Planet Merah ini. Sebenarnya aku berharap bertemu dengan alien, wuhuuu, soalnya aku penasaran gimana wajah mereka tapi sayangnya aku belum beruntung, aliennya lagi cuti, mungkin mereka capek jadi bahan gosipan makhluk bumi tentang ufo mereka yang bias nyasar ke bumi. Hmm langsung aku pergi ke Jupiter, planet terbesar.

Aku terbang menuju Jupiter. Saat aku terbang, tiba-tiba sayapku mulai memudar dan hilang dalam hitungan detik. Aku terjatuuh dari ketinggihan 10.000 km, turun cepat melewati  termosfer, Mesosfer, Stratosfer, dan Troposfer. Aku pejamkan mata, saat kubuka aku sudah berada di ranjang kamarku. Aku tercengang, kemudian aku berlari ke jendela, hari sudah pagi, matahari sudah memercikkan merahnya dari titik horizontal. Ah semua ternyata hanya mimpi. Kulipat selimutku dan sebuah bohlam terselip diantaranya. Aku tersenyum, segera kupasang radar dan kukirim signal lagi. Namun tidak terjadi apa-apa. Kucoba lagi, namun tetap tidak ada hasil. Ya, mungkin aku harus mengumpulkan kekuatan imajinasi gilaku lagi.

Suatu saat aku akan melintasi atmosfer untuk kedua kalinya, tenang saja kalian akan kuajak ikut. Tapi ingat! IMAJINASIIII
Christine Ayu
Lihat profil lengkapku
 

Agen Dandelion | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates