Secara tiba-tiba saja kubuat kamarku menjadi
lebih gelap dan semakin gelap. Kemudian lenyap.
Kupasang radar dan kuhantarkan signal.
Yes! Berhasil. Gemuruh datang lalu ketukan pintu dihalau saja. Semua terasa bergerak,bergoyang, berputar,
berputar, dan berputar. Hingga akhirnya… kubuka mata dan kulihat
sebuah lampu bohlam terdiam di tanganku.
Ini pertanda, aku bukan lagi di dunia
nyata, ini di dunia imajinasiku. Kulihat jam pukul 15.00, aku bergerak ke
jendela kamar lalu kubukanya, dan yes! langit gelap, artinya disini sudah
malam! Kembali ke ranjang, kupasang radar
kedua. Bohlam menyala-nyala. Seetttt! Kubuka mata dan kini aku punya sayap
walau tak seberapa besar. Aku siap berpetualang.
Aku terbang melesat menembus udara
menuju langit atas.. Ada rasa takut, kulempar saja jauh-jauh.
10 km kulewati, berarti aku setara dengan
Everest, gunung tertinggi dalam sejarah. Dunia dibawahku benar-benar menjadi
lebih kerdil haha. Semakin naik ke atas,
suhu semakin turun. Setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat. Sadar,
aku di Troposfer. Yuhuuuu aku lambaikan
tangan ke bawah lalu berteriak girang “Aku baru sampai di Troposfer, kalian
jangan kangen aku ya!!!!” Berbalik dan melanjut.
Sampai pada 15 km aku masih belum
lelah. Angin bertiup lumayan kencang. Aku duduk sejenak diatas awan Cirrus,
melihat ke atas, ternyata perjalananku masih sangat jauh. Bergegas beranjak
menuju stratopause, lembar yang memisahkan stratosfer yang sedang aku
diami ini dengan lembar sesudahnya. Saat aku beranjak aku melihat sebuah benda
terbang corak warna-warni, nah aku amati dari jauh. Gerakannya cenderung stabil.
Balon cuaca! Yapss akhirnya aku ingat namanya!! Ah, tidak membuang waktu,
lanjut terbaaaang.
Mesosfer, kini aku berada disini. Aku
bertemu dengan penangkap meteor, dia duduk pada awan noctilucent. Dia
bertubuh besar, berkulit gelap, kepala botak, dan berotot. Wowwh emejing! Jadi
karena aku penasaran, aku hampiri dia lalu berkata “Hai ganteng, main yuk”.
Haha kalian percaya aku berkata seperti itu? Yang benar saja! Tidak mungkin
lah. Sejujurnya aku tidak mengucapkan apapun, ya mungkin aku takut, dia terlalu
macho, terlalu lakik ! Dia menoleh ke arahku dengan sorot tajam, sekejap
membalikkan badan dan membentangkan kedua tangannya. Happp!! Sebuat meteor
terperangkap padanya dan blaaarrr, meteor itu hancur. Jelas aku tercengang.
Sebuah kesimpulan baru, dia bukan penangkap meteor tapi penghancur meteor.
Setelah puas bengong, aku tundukkan kepala lalu pergi ke jenjang berikutnya
Pada lembar keempat, lembar yang sangaaaaaat
kusuka. Disini ada hijau, ungu, merah, jingga, biru, putih berbaur menjadi satu
saling menumpuk dan menciptakan orkestra warna dengan gradasi yang memukau.
Sempurna. Kuputarkan tubuhku lalu dengan sengaja aku menari dalam ketukan. Satu
dua tiga. Lompat, berlari, berputar, bergerak… menari.. dengan tempo dinamis
aku menari diiriingi suara gelombang radio, entah darimana asalnya, dari
imajinasi?
Andai saja aku kemari membawa teman,
pasti lebih menyenangkan. Ah tapi toh kadangkala kita butuh waktu sendiri kan,
dimana hanya ada kita, dan… zona imajinasi kita.
Merasa puas. Aku meninggalkan aurora
itu, melesat keatas pada batas yang sering orang-orang namai Ionosfer. Kalian
tau apa artinya? Tinggal satu langkah lagi! Ya satu langkah lagi aku sampai.
10.000 km!!! Aku sampai disini.
Eksosfer!
Rasi bintang, aku sampai padamu. 88
rasi bintang kujumpai dengan jarak sebatas lengan. Rasi Sang Pemburu, yang terangnya
terlihat pada equator langit dan terlihat diseluruh jagad. Orion. Aku melompat pada bintang-bintang diantaranya,
hingga aku merajut rasi diantara Sagittarius, Ophiuchus, Li bra, dan Lupus,
terbentuk Scorpio. Belum puas aku kembali
menjelajah angkasa, itu adalah Gemini yang
berarti “kembar”. Rasi ini adalah bagian dari langit musim
dingin, berada antara Taurus dan Cancer.
Kulihat Cancer berukuran kecil dan redup, dan menurutku ini tidak menyerupai
kepiting. Tapi sebuah nyamuk, ah sepertinya semua rasi disini berbentuk nyamuk.
Kemudian aku berkeliling lagi, lalu aku bertemu dengan Sirius, bintang yang
paling terang dintara yang paling terang. Lebih terang dari Canopus atau Vega.
Aku bersinggah didekatnya, dia benar-benar terang, seharusnya aku membawa
kacamata kuda warna hitam agar aku tidak memercingkan mata. Di sebelah kanan
aku temukan Arcturus, bintang paling tua yang bertengger di langit, dia juga
tidak kalah indah. Semuanya indah, semuanya nampak sempurna. Aku hirup udara
dalam-dalam. Aku berada di Milky Way. Aku merasa benar-benar hidup disini,
melihat secara langsung bagaimana alam ini memperlihatkan pesona kenampakan
yang tak bisa dituliskan. Kali ini aku merasakan kebebasan yang benar-benar
bebas. Haaaaaaaaaaaaa!! Teriak sekeras-kerasnya, menangis, tertawa, bergerak
lepas tanpa takut seseorang tahu kebdohan kita!
Puas bercinta dengan bintang, sekarang
menuju planet. Mars, planet yang ingin aku kunjungi pertama. Disana aku
disambut oleh Phobos
dan Deimos.
Ciri-ciri mereka, berbadan tinggi, sedikit kurus, mereka sama-sama baik, dengan
senang hati mempersilahkan aku memasuki Planet Merah ini. Sebenarnya aku
berharap bertemu dengan alien, wuhuuu, soalnya aku penasaran gimana wajah
mereka tapi sayangnya aku belum beruntung, aliennya lagi cuti, mungkin mereka
capek jadi bahan gosipan makhluk bumi tentang ufo mereka yang bias nyasar ke
bumi. Hmm langsung aku pergi ke Jupiter, planet terbesar.
Aku terbang menuju Jupiter. Saat aku
terbang, tiba-tiba sayapku mulai memudar dan hilang dalam hitungan detik. Aku
terjatuuh dari ketinggihan 10.000 km, turun cepat melewati termosfer, Mesosfer, Stratosfer, dan Troposfer.
Aku pejamkan mata, saat kubuka aku sudah berada di ranjang kamarku. Aku
tercengang, kemudian aku berlari ke jendela, hari sudah pagi, matahari sudah
memercikkan merahnya dari titik horizontal. Ah semua ternyata hanya mimpi.
Kulipat selimutku dan sebuah bohlam terselip diantaranya. Aku tersenyum, segera
kupasang radar dan kukirim signal lagi. Namun tidak terjadi apa-apa. Kucoba
lagi, namun tetap tidak ada hasil. Ya, mungkin aku harus mengumpulkan kekuatan
imajinasi gilaku lagi.
Suatu saat aku akan melintasi atmosfer
untuk kedua kalinya, tenang saja kalian akan kuajak ikut. Tapi ingat! IMAJINASIIII