Cerita

Karena dunia selalu punya kisah yang indah, akan kutulis setiap halaman kenyataan itu menjadi lampiran kehidupan dan memastikan aku dapat meyakinkan bahwa Tuhan terlalu sempurna untuk kita tentang

Ya

Dan kumengerti Tuhan telah memberi sandi
Lewat subuh yang silih melingkari
Kemudian satu per satu embun mulai mati
Dan izinkan aku berpangku lagi

Sekeping saja

KAU adalah jeda yang ingin kulanjutkan
Namun AKU adalah angka yang tak ingin kau hitung
Dan KITA adalah babak yang terpotong hujan

#2

Lebih baik 1 x 5 daripada 5 x 1

-Bpk. H. Ach. Zaenal Pribadi, M.Pd -

Gerimis


Untuk sekian waktunya, aku mengeja gerimis. Kutarik segala angin, pada lembar kabut


Entah apa maksudnya, gerimis selalu saja menghantarkan pada narasi. Sebuah definisi sederhana tentang sisi putih kehidupan.


Dalam rangkaian gerimis kutemukan bercak-bercak kenangan, baik tentang persahabatan, persaudaraan, kasih sayang, bahkan cinta. Untuk siapapun itu.


Aroma tanah, aroma basah, disuguhkan dalam menu penghirupan. Kilauan daun, tetesan embun, pun disuguhkan dalam menu pengelihatan. Balutan angin, runtuhan air, jua disuguhkan dalam menu perabaan.

Keep calm and enjoy the rain!! 

Lepas!

Hanya seberkas tulisan
Yang dengan sengaja kugores untukmu
Untukmu perempuan hebat
"Hafizah Sururul Nur Rakhamawati"
Halilintar menyambar bak akar serabut melukis langit
Wajah perempuan itu merah padam, kemarahannya tersekat di tenggorokannya sendiri, menerima  kembali dengan pahit genjatan penghianatan dari sang pujangga, entah sudah keberapa kalinya. Ia merenung sejenak, kembali memaksa otaknya menayangkan kenangan-kenangan masa silam. Tak begitu lama kemudian Ia mulai menangis bersamaan dengan rintik-rintik hujan yang dengan sombong mulai menguasai dataran lereng gunung itu. Dia sesenggukan, air matanya menggenangi pakaian yang Ia kenakan, bukan dalam waktu yang singkat. Namun akhirnya Ia terlelap dengan menimbun dalam-dalam pada rongga hatinya sebuah lebam sakit. Ia tertidur dengan bekas kemerahan pada pucuk hidung dan payung matanya.
Ia adalah sang penyimpan misteri, penyimpan kepedihan, penyimpan kerinduan diatas ketidakpastian, penunggu selesainya durasi disamping panggung pementasan.
Setelah diasuh oleh mimpi, ia kembali terjaga. Hujan telah berhenti, digantikan Sang Busur Warna-warni. Ia tersenyum, dengan mengepalkan tangan ia berkata lirih. "Biarkan semesta menjadi saksi aku berucap ini, telah kulepaskan segenap rasa untukmu, kuterbangkan jauh menuju dunia yang tak pernah bertemu, kuhapuskan dengan sigap seluruh tentangmu dan perih yang pernah menjadi kawanku. Detik ini, aku melupakanmu" Kemudian kembali ia menangis, namun tanpa hujan, yang ada hanya pelangi. Ia merasa bebas.

Bawang Merah ~

Bukankah dibutuhkan kesatuan dalam tali persahabatan
Yang menjelma ikatan, lalu rangkulan satu kebatinan
Lantas jika kesatuan itu perlahan renggang bahkan terpisah
Hanya karena tarikan dari jari-jari manis
Apakah persahabatan itu masih berbekas?

Sesungging senyum kuhadapkan kepada layar persegi panjang. Senyap. Yang ada hanya nada tekanan keyboard yang kulantunkan lambat. Sesekali kulihat sang penunjuk waktu, jarum pendek di angka enam, jarum panjang di angka sebelas, masih senja, matahari sudah terjatuh, kasihan.
Ohya perkenalkan, aku adalah bawang merah, perempuan antagonis yang dengan tangan-tanganku berkuasa merenggut dan menyalahkan tangis, meluapkan emosi dengan sorot tajam yang membanting setiap kesemangatan, sikapku menguras segalalnya termasuk cinta, yang lebih penting persahabatan.
Ya memang, lantas apa masalahnya? Bak halilintar membelah bumi, hanya dengan sedetik sorot mata saya bisa menggulingkan bahkan memporak-porandakan seseorang. Tapi maaf, hal itu sama sekali tidak saya sadari. Maaf beribu maaf wahai bawang putih yang menitihkan air mata yang air itu sendiri tidak bisa menembus dinding keharuan saya. Sama sekali. Sementara dibalik air mata terdapat air keras yang kau guyurkan berkali-kali bahkan dihadapanku sang bawang merah. Jangan mengelak. Ah saya memang terlihat jahat, atau mungkin anda yang mencoba menderita dihadapan mereka.
Saya meminum setiap anggapan dari deru ungkapan racun. Tapi nyantai saja, saya tidak gentar. Sebenarnya saya bisa memutar cerita fiksi ini, saya bisa menjadi lebih berpura-pura menderita dan berubah menjelma bawang putih, tapi sayangnya seorang seperti saya tidak akan melakukannya. Hal aneh. Teruslah.. teruslah seperti itu, kelelahan pasti mengikuti kita, teruslah.. dimana akhir naskah ini, teruslah.. menelan ludah tipuan kita, ya, teruslah.. teruslah

Percaya pada satu keyakinan
Dimana hitam akan terlihat hitam
Dan putih akan terlihat putih
Mari berteriak girang untuk kebenaran yang disingkirkan!
Salam kejahatan


- Titin as Bawang Merah -

Bercerai dengan Angka 16 #2

Assalamualaikum Wr. Wb

25 Oktober 2013
Ternyata masih ada serangkaian perayaan pernikahanku dengan umur 17 :D
Thanks Teater KITA, akting kalian horror haha saya tertipu, sial

Dikumpulkan dalam suatu forum dimana terjadi perselisihan yang tegang maksimal
Hei kalian semua berhasil membuat kami kesal tingkat kaisarrrrrrrr.

fjdlkakbkg;avbkrbkliagvetemreltsadyraeutrui
Tidak bisa saya tuliskan dengan kata-kata
Buat yang kelas 11 sebagai otak dari ini semua.
Mirandul, Juple, Bella, Gita (paling parah), Dhana, Ishom, dkk
Buat kelas 10 sebagai tangan dari ini semua, terutama Riska -_- Rini -_- sama Ndagel -_-
Kaliaan horrorrrrrrrr!!!!!!!!!!

And at last...
Sebuah roti berwarna pink dengan hiasan angsa putih dan beberapa lilin kecil kalian persembahkan untuk kami :) so nice guys

Dari juple, entah dimana letak kemiripan dengan saya -_-
Agen dandelion

Gembul Rangga Mbapis - Sayang kalian {}

Look!!!!!!

Christine Ayu
Lihat profil lengkapku
 

Agen Dandelion | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates