Hanya seberkas tulisan
Yang dengan sengaja kugores untukmu
Untukmu perempuan hebat
"Hafizah Sururul Nur Rakhamawati"
Halilintar menyambar bak akar serabut melukis langit
Wajah perempuan itu merah padam, kemarahannya tersekat di tenggorokannya sendiri, menerima kembali dengan pahit genjatan penghianatan dari sang pujangga, entah sudah keberapa kalinya. Ia merenung sejenak, kembali memaksa otaknya menayangkan kenangan-kenangan masa silam. Tak begitu lama kemudian Ia mulai menangis bersamaan dengan rintik-rintik hujan yang dengan sombong mulai menguasai dataran lereng gunung itu. Dia sesenggukan, air matanya menggenangi pakaian yang Ia kenakan, bukan dalam waktu yang singkat. Namun akhirnya Ia terlelap dengan menimbun dalam-dalam pada rongga hatinya sebuah lebam sakit. Ia tertidur dengan bekas kemerahan pada pucuk hidung dan payung matanya.
Ia adalah sang penyimpan misteri, penyimpan kepedihan, penyimpan kerinduan diatas ketidakpastian, penunggu selesainya durasi disamping panggung pementasan.
Setelah diasuh oleh mimpi, ia kembali terjaga. Hujan telah berhenti, digantikan Sang Busur Warna-warni. Ia tersenyum, dengan mengepalkan tangan ia berkata lirih. "Biarkan semesta menjadi saksi aku berucap ini, telah kulepaskan segenap rasa untukmu, kuterbangkan jauh menuju dunia yang tak pernah bertemu, kuhapuskan dengan sigap seluruh tentangmu dan perih yang pernah menjadi kawanku. Detik ini, aku melupakanmu" Kemudian kembali ia menangis, namun tanpa hujan, yang ada hanya pelangi. Ia merasa bebas.
0 komentar:
Posting Komentar