Saya menulis entri ini setelah
saya mengadakan sharing-sharing dengan cewek-cewek super hebat yang pernah saya
temui. Awalnya sharing masalah keluarga, orangtua, sahabat, dll. Tapi
merambat-merambat ke masalah yang benar-benar sangat intim yaitu masalah (maaf)
seks. Saya sempat shock (jelas). Mendengarkan cerita bahwa mereka, orang-orang
yang saya sayangi hampir menuju ke arah (maaf) hubungan seks. Ada beberapa
pernyataan dari mereka yang pernah melakukannya. Bukan, bukan melakukan (maaf)
hubungan seks. Tapi masih perjalanan menuju kesana. Contohnya saja ciuman di
pipi, dahi, mulut, leher, dsb. Sampai ada acara merabah-rabah sesuatu yang
sedikit menonjol (maaf).
Salah diantara mereka ada yang hobi ciuman bibir, padahal keduanya sama-sama
punya pacar. Saat ditanya mengapa mau dan suka melakukan hal semacam itu?
Dengan penuh keentengan dia menjawab “kita jelas sama-sama butuh, jadi kita
melakukannya setiap saat jika ada waktu”.
Deg. Oke saya terdiam, benar-benar diam. “Butuh”? Butuh apa? Butuh
ciuman? Apasih, apa maksudnya. Itu hanya sesaat bro, menjual keperawanannya
dengan hal semacam itu? Itu hal bodoh yang saya temui.
Adalagi yang dengan tenangnya menyebarkan bahwa dia pernah dicuim saat
tidur,katanya sih bibirnya kerasa basah gitu (kali aja tuh iler loe) emangnya
dicium dimana? Di bibir. Di bibir broo. Gila masih SMA tuh anak. Kenapa diam
aja? Diam saat dicium bahkan diam saat diraba. “Kapan lagi kita bisa melakukan
hal semacam ini” itu jawabnya. Astaghfirullahaladzim. Kena adzab gawat lho
Fenomena ini bahkan juga terjadi diantara mreka yang tergabung dengan komunitas agama islam. Sekali lagi fenomena ciuman bibir, kalau ini temanya “Dua kepala dua kaki”. Bisa banyangin, ada dua orang duduk, tapi kaki yang terlihat hanya dua. Terus yang dua? Diamputasi kali -_- Bahkan nih sob, si doi terkenal alim banget, sholat lengkap ngaji fasih otak cerdas. Eh ralat, kata “otak cerdas” mohon dihilangi. Intelek kok main cablak-cablak. Hihi
Terus terus apa lagi ya? Ohya satu lagi. Kalau ini nggak ngerti deh. Ampuun ssob. Ditanya “Pernah ngapain aja sama pacarmu”. Jawabnya “Ah, nggak ngapa2in kok, eh cuman nakal dikit seh, tapi nggak sampek kebablasan”. Astagaaa, ini gaswat syekaleee. Hampir bro hampir. Sepertinya kalimat “Nggak kebablasan” diganti “Belum kebablasan”.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita semacam itu. Dan lebih banyak lagi yang belum saya ketahui di luar sana. Saya sebagai seorang muslim juga ingin mengingatkan bahwa hal-hal semacam itu jelas haram hukumnya. Jika ada kalimat “Kalau belum ngelakuin ‘itu’ berarti nggak gaul atau nggak normal” cuekin deh cuekin, daripada kebeblasan. Hukumnya ada lho sob yang melakukan hal semacam itu.
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (Qs. 24:30)
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs. 4:24)
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (Qs. 24:2)
Jelas tuh dalil sob. Lantas, jika
sudah terjadi, apa yang harus kita lakukan?
Dari Ibnu Mas’ud r.a. dikabarkan,
sesungguhnya ada seorang lelaki mencium seorang perempuan [bukan istrinya,
bukan muhrimnya]. Lalu dia datang kepada Nabi saw. dan diberitakannya hal itu
kepada beliau. Kemudian diturunkan oleh Allah ayat yang maksudnya:
“Dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan sebentar dari malam hari. Sesungguhnya [pahala] kebaikan [seperti shalat] menghilangkan [dosa] keburukan [seperti ciuman itu].” (QS Hud [11]: 114) Lelaki itu bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah [fatwa] ini untuk saya saja?” Jawab Nabi saw., “[Fatwa ini berlaku] bagi semua umatku.” (Shahih Bukhari, hadits no. 298)
“Dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan sebentar dari malam hari. Sesungguhnya [pahala] kebaikan [seperti shalat] menghilangkan [dosa] keburukan [seperti ciuman itu].” (QS Hud [11]: 114) Lelaki itu bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah [fatwa] ini untuk saya saja?” Jawab Nabi saw., “[Fatwa ini berlaku] bagi semua umatku.” (Shahih Bukhari, hadits no. 298)
Allah Maha Pemaaf, jika kita
benar-benar ingin bertaubat, percayalah Allah akan menerimanya.
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka
membersihkan diri.” (QS al-Baqarah [2]: 222).
WELL, sekian tulisan saya yang
satu ini, Ketemu lagi ditulisan-tulisan selanjutnya. Salam ukhuwah.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Tins :)
0 komentar:
Posting Komentar